Assalamu'alaikum.........

selamat datang di blog saya *haris ilmawati*...:) dengan adanya blog ini saya sangat,sangat,sangaatt berharap bisa memberikan manfaat,menambah wawasan,mencurahkan pengetahuan, berbagi pengalaman...dan tentu saja mendapat nilai A+ dari pak dosen*sedikit melirik*..hehehe


Senin, 09 April 2012

Kakek, Nenek, dan Bunyi Hujan

Seorang anak kecil duduk di bahu kakeknya dengan menyanyikan sebuah lagu “kodok ngolek..kodok ngolek..ngolek ning pinggil kali..teot teblung..teot teblung,,teot teot tebluung..bocah nakal..bocah nakal jaluk dijamoni..bocah pintel..bocah pintel besok dadi doktel..”, itu adalah lagu kesukaannya.  Padahal sudah lama sekali ia berada di atas bahu laki-laki tua itu, tapi tetap saja ia tak mau untuk diturunkan. Dengan sabar laki-laki tua itu melayani permintaan cucunya tak perduli bahwa ia belum sekalipun istirahat setibanya dari membajak sawahnya sore tadi. Sedangkan si nenek menyuapi cucu kecilnya itu dengan pisang yang sangat lezat yaitu pisang unyil. Pisang unyil adalah pisang yang berukuran kecil kira-kira seukuran dengan jari jempol orang dewasa,berwarna kuning, dan sangat manis.
Tidak lama kemudian anak kecil itupun tertidur di pangkuan sang kakek. Kakek tua itu membaringkannya di tempat tidur mereka yang dikelilingi oleh kelambu usang berwarna cokelat dan mempunyai banyak sobekan kecil disana sini tapi masih cukup ampuh untuk melindungi tubuh kakek nenek itu dari gigitan nyamuk setiap malam. Anak kecil itu tidur dengan pulasnya sehingga menciptakan banyak pulau di bantal kapuk mereka yang tidak bersarung. Meskipun begitu nenek selalu mencuci bantal-bantal itu dengan sangat bersih, karena meskipun mereka miskin tetapi mereka adalah orang-orang yang sangat mencintai kebersihan. Rumah nenek dan kakek itu sangat kecil dan hampir tidak mempunyai satupun barang berharga di rumah kecuali tumpukan gabah hasil panen musim ini dan sebuah radio tua yang  setiap hari  menyiarkan tutur tinular, yaitu drama radio yang paling mereka sukai. Meskipun demikian Tidak ada satupun barang yang tidak berada pada tempatnya. Semuanya tertata rapi dan bersih. Bahkan rumah yang beralaskan tanah itu selalu disapu dengan sangat sering hingga seolah-olah rumah nenek kami memiliki alas dari marmer batu yang berwarna coklat.
Pukul satu dini hari, anak kecil itu terjaga dari tidurnya dan menangis sejadi-jadinya karena minta untuk pulang ke rumahnya dan tidur bersama ibunya, mau tidak mau pasangan kakek nenek itu harus mengantarkannya pulang ke rumahnya. Kalau tidak, suara tangisnya yang begitu keras akan segera membangunkan para tetangga bahkan beberapa diantaranya akan marah dan mencaci mereka. Dengan segera si kakek mengambil obor yang sudah ia siapkan malam tadi untuk berjaga-jaga jika cucunya menangis dan minta pulang, dan dugaannyapun memang benar. Seperti malam-malam sebelumnya ketika cucunya tersebut tertidur di rumah mereka. Ketika tengah malam ia pasti meminta untuk diantar pulang tidak perduli apa. Tapi tiba-tiba hujan turun dengan sangat deras, tidak mungkin ia membawa obor, karena pasti akan segera mati terkena air hujan. Dalam keadaan yang gelap gulita si kakek mengambil pisau dan bersegera keluar untuk mencari daun pisang agar bisa melindungi tubuh mereka dari air hujan. Ia tidak mau cucunya terus menangis, untuk itu walaupun sangat gelap dan hujan deras dia bertekad untuk tetap mengantarkan cucunya pulang tidak perduli apa. Pasangan kakek nenek itu  berjalan cepat-cepat . keciprak-kecipruk air terdengar seperti alunan gendang seolah memberikan semangat agar pasangan renta itu terus berjalan lebih cepat dan lebih cepat lagi hingga kaki keduanya penuh dengan lumpur dan tanah. Anak kecil yang berada di gendongan neneknya itu mulai menghentikan tangisnya seakan menikmati tubuhnya dalam dekapan seorang wanita tua yang begitu erat memeluknya. Ia seperti  diajak menari-nari dan bermain-main dibawah guyuran air hujan, anak kecil itu mulai tertawa. semakin cepat kakek nenek itu berjalan semakin terdengar bunyi keciprak kecipruk air hujan, dan semakin terbahaklah si anak kecil itu.
Hujan mulai reda, para tetangga telah terbangun dan mulai mengomel bukan karena suara tangisan sang cucu tapi Karena anak kecil itu tertawa terbahak-bahak dan sesekali menjerit kegirangan. Tapi kali ini kakek nenek itu mengabaikannya, dan tidak membujuk cucunya untuk diam seperti yang sering mereka lakukan pada saat cucunya itu menangis. Karena sebenarnya mereka sangat menyukai tawa bahagia cucunya daripada tangis kesedihannya. Sehingga mereka membiarkannya meskipun mereka tahu para tetangga akan sangat marah.

5 komentar:

  1. heeem,,,
    sudahlama tak liat posanya rek....
    hehehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe kan gag mw kalah ma km pak guruuu... :D

      Hapus
  2. keren gan punya blog,tapi usul sdikit terlalu banyak flash yang digunakan bikin load jadi lama,,mending minimalis ja,,walau memang bagus jika diberi flash "n music,tp tu malah bikin lama load,,tq visit juga blogq..chayo UIN suka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. uke. . sebenernya kmrin blog ne bwt kperluan tgas kulyah jd dbwat sememnarik mgkin, tp btw mksi bgt sarannya.. :)

      Hapus

silahkan post coment...saran dan kritik anda adalah penutup kekurangan kami...^_^