Assalamu'alaikum.........

selamat datang di blog saya *haris ilmawati*...:) dengan adanya blog ini saya sangat,sangat,sangaatt berharap bisa memberikan manfaat,menambah wawasan,mencurahkan pengetahuan, berbagi pengalaman...dan tentu saja mendapat nilai A+ dari pak dosen*sedikit melirik*..hehehe


Jumat, 13 Januari 2012

Klasifikasi Media Pembelajaran Dalam Pendidikan

Media pembelajaran merupakan komponen instruksional yang meliputi pesan, orang, dan peralatan. Dengan masuknya berbagai pengaruh ke dalam dunia pendidikan (misalnya teori/konsep baru dan teknologi), media pendidikan (pembelajaran) terus mengalami perkembangan dan tampil dalam berbagai jenis dan format, dengan masing-masing ciri dan kemampuannya sendiri. Dari sinilah kemudian timbul usaha-usaha untuk melakukan klasifikasi atau pengelompokan media, yang mengarah kepada pembuatan taksonomi media pendidikan/pembelajaran.
Usaha-usaha ke arah taksonomi media tersebut telah dilakukan oleh beberapa ahli. Rudy Bretz, mengklasifikasikan media berdasarkan unsur pokoknya yaitu suara, visual (berupa gambar, garis, dan simbol), dan gerak. Di samping itu juga, Bretz membedakan antara media siar (telecommunication) dan media rekam(recording). Dengan demikian, media menurut taksonomi Bretz dikelompokkan menjadi 8 kategori:
1) media audio visual gerak,
2) media audio visual diam,
3) media audio semi gerak,
4) media visual gerak,
5) media visual diam,
6) media semi gerak,
7) media audio, dan
8) media cetak.
Pengelompokan menurut tingkat kerumitan perangkat media, khususnya media audio-visual, dilakukan oleh C.J Duncan, dengan menyusun suatu hirarki. Dari hirarki yang digambarkan oleh Duncan dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa semakin tinggi tingkat hirarki suatu media, semakin rendah satuan biayanya dan semakin khusus sifat penggunaannya. Namun demikian, kemudahan dan keluwesan penggunaannya semakin bertambah. Begitu juga sebaliknya, jika suatu media berada pada hirarki paling rendah. Schramm (dalam Sadiman, dkk., 1986) juga melakukan pengelompokan media berdasarkan tingkat kerumitan dan besarnya biaya. Dalam hal ini, menurut Schramm ada dua kelompok media yaitu big media (rumit dan mahal) dan little media (sederhana dan murah). Lebih jauh lagi ahli ini menyebutkan ada media massal, media kelompok, dan media individu, yang didasarkan atas daya liput media.
Beberapa ahli yang lain seperti Gagne, Briggs, Edling, dan Allen, membuat taksonomi media dengan pertimbangan yang lebih berfokus pada proses dan interaksi dalam belajar, ketimbang sifat medianya sendiri. Gagne misalnya, mengelompokkan media berdasarkan tingkatan hirarki belajar yang dikembangkannya. Menurutnya, ada 7 macam kelompok media seperti: benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara, dan mesin belajar. Briggs mengklasifikasikan media menjadi 13 jenis berdasarkan kesesuaian rangsangan yang ditimbulkan media dengan karakteristik siswa. Ketiga belas jenis media tersebut adalah: objek/benda nyata, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis, media transparansi, film bingkai, film (16 mm), film rangkai, televisi, dan gambar (grafis).
Sejalan dengan perkembangan teknologi, maka media pembelajaran pun mengalami perkembangan melalui pemanfaatan teknologi itu sendiri. Berdasarkan perkembangan teknologi tersebut, Arsyad (2002) mengklasifikasikan media atas empat kelompok:
1) media hasil teknologi cetak,
2) media hasil teknologi audio-visual,
3) media hasil teknologi berbasis komputer, dan
4) media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer.
Seels dan Glasgow (dalam Arsyad, 2002) membagi media ke dalam dua kelompok besar, yaitu: media tradisional dan media teknologi mutakhir. Pilihan media tradisional berupa media visual diam tak diproyeksikan dan yang diproyeksikan, audio, penyajian multimedia, visual dinamis yang diproyeksikan, media cetak, permainan, dan media realita. Sedangkan pilihan media teknologi mutakhir berupa media berbasis telekomunikasi (misal teleconference) dan media berbasis mikroprosesor (misal: permainan komputer dan hypermedia).
Dari beberapa pengelompokkan media yang dikemukakan di atas, tampaknya bahwa hingga saat ini belum terdapat suatu kesepakatan tentang klasifikasi (sistem taksonomi) media yang baku. Dengan kata lain, belum ada taksonomi media yang berlaku umum dan mencakup segala aspeknya, terutama untuk suatu sistem instruksional (pembelajaran). Atau memang tidak akan pernah ada suatu sistem klasifikasi atau pengelompokan yang sahih dan berlaku umum. Meskipun demikian, apapun dan bagaimanapun cara yang ditempuh dalam mengklasifikasikan media, semuanya itu memberikan informasi tentang spesifikasi media yang sangat perlu kita ketahui. Pengelompokan media yang sudah ada pada saat ini dapat memperjelas perbedaan tujuan penggunaan, fungsi dan kemampuannya, sehingga bisa dijadikan pedoman dalam memilih media yang sesuai untuk suatu pembelajaran tertentu.

Pembelajaran Melalui Online Learning atau E-Learning


Dewasa ini kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terus berkembang pesat dan canggih. Kontribusinya sudah dapat dirasakan oleh banyak kalangan mulai dari anak-anak kecil sampai orang tua bahkan para lansia dapat menggunakan alat-alat elektronik dari yang paling sederhana sampai yang paling mutakhir seperti handphone, laptop, I pod, dan sebagainya. Dunia pendidikan pun tidak boleh menyia-nyiakan hal tersebut. Para pendidik harus pandai-pandai memanfaatkan segala jenis produk teknologi dan ilmu pengetahuan tersebut dengan sebaik-baiknya dan digunakan sebagi media pembelajaran yang dapat merekontruksi pembelajaran kepada peserta didik.
 
Salah satunya adalah pembelajaran dengan menggunakan online learning atau biasa juga disebut electronic learning (e-learning). E-learning merupakan pembelajaran yang disajikan secara elektronik dengan menggunakan computer dan media berbasis computer.Sistem pembelajaran jarak jauh ini merupakan suatu metode instruksional antara pengajar dan pelajar untuk memberikan kesempatan belajar tanpa dibatasi oleh kendala waktu, ruang dan tempat serta keterbatasan sistem pendidikan tradisional. Pada sistem pembelajaran jarak jauh, pelajar tidak perlu datang kuliah, mendengarkan pengajar mengajar dan aktivitas pembelajaran konvensional lainnya. Siswa dapat belajar di rumah, mengerjakan soal-soal latihan. pembelajaran on-line adalah bagian dari pembelajaran berbasis teknologi yang memanfaatkan sumber daya Internet, intranet, dan extranet. Lebih khusus lagi Rosenberg (dalam Surjono, 2007) mendefinisikan e-learning sebagai pemanfaatan teknologi Internet untuk mendistribusikan materi pembelajaran, sehingga siswa dapat mengakses dari mana saja.
Dalam prakteknya e-learning memerlukan bantuan teknologi. Karena itu dikenal istilah: computer based learning (CBL) yaitu pembelajaran yang sepenuhnya menggunakan komputer, dan computer assisted learning (CAL) yaitu pembelajaran yang menggunakan alat bantu utama komputer. Di antara banyak fasilitas internet, ada lima aplikasi standar internet yang dapat digunakan untuk keperluan pendidikan, yaitu email, Mailing List (milis), News group, File Transfer Protocol (FTC), dan World Wide Web (WWW).


PEMILIHAN DAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN

Untuk memilih media yang akan digunakan dalam pembelajaran, perlu dipertimbangkan beberapa factor diantaranya :
  • Tujuan pembelajaran
  • Pembelajar
  • Ketersediaan
  • Ketepatgunaan
  • Biaya
  • Mutu teknis
  • Kemampuan SDM
Sedangkan untuk penggunaan media, secara umum ada 4 langkah yang perlu diperhatikan yaitu:
  1. Persiapan sebelum menggunakan media
  2. Pelaksanaan penggunaan media
  3. Evaluasi
  4. Tindak lanjut
Smaldino dkk (2005) mengemukakan model ASSURE dalam penggunaan media, yang merupakan akronim dari : Analyze Learner Characteristic (menganalisis karakteristik pembelajar), State Objective (menyatakan tujuan), select methods, media, and materials (memilih metode,media,dan materi), utilize media and materials (memanfaatkan media dan materi), require learner participation (meminta partisipasi siswa), evaluate (mengevaluasi).