Assalamu'alaikum.........

selamat datang di blog saya *haris ilmawati*...:) dengan adanya blog ini saya sangat,sangat,sangaatt berharap bisa memberikan manfaat,menambah wawasan,mencurahkan pengetahuan, berbagi pengalaman...dan tentu saja mendapat nilai A+ dari pak dosen*sedikit melirik*..hehehe


Selasa, 17 April 2012

Meningkatkan Kreatifitas Siswa dengan Metode “Ice Breaking”, Diskusi, dan Numbered Heads Together”

“Guruku asik! Enak cara ngajarnya”
“Guruku murah nilai”
“Guruku galak tapi menyenangkan”
“Ehm, guruku biasa aja tuh”
“Guruku itu lucu, kadang serius banget, tapi saya senang”
Ada banyak pendapat siswa tentang gurunya. Beberapa di atas sekedar contoh, bahwa siswa tentu saja mampu memberikan penilaian pada guru. Bukan tidak menghormati guru, tetapi lontaran opini atau bahkan celotehan singkat tentang guru bisa mencerahkan. Mari berpikir positif bahwa sesungguhnya siswa hanya berupaya menyesuaikan diri lebih baik dengan gurunya. Yang berarti siswa juga belajar mengenal karakter bermacam-macam guru dan menyerap ilmu dari mereka.
Segala macam opini yang dilontarkan murid-murid kita, jika itu berupa pujian maka harus kita jadikan semangat untuk terus mempertahankan dan meningkatkan kualitas dan kompetensi kita dalam mengajar. Sedangkan jika opini tersebut berupa kritikan maka kita tidak boleh meresponnya sebagai sesuatu yang buruk, tetapi sebaliknya kita harus menggunakan kritikan tersebut sebagai sebuah cara untuk mengintrospeksi diri kita agar di masa mendatang kita bisa memperbaikinya menjadi lebih baik. Guru sewajarnya memang lebih tahu tentang banyak hal, tetapi guru terkadang juga mempunyai keterbatasan pengetahuan terhadap ilmu tertentu. Karena guru juga manusia biasa, maka tidak ada salahnya guru terus-menerus membekali diri dengan belajar dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Disadari atau tidak guru berperan langsung dalam keberhasilan pendidikan secara menyeluruh. Selama ini kita terbiasa mendengar guru sebagai seseorang yang bersikap, berpikir, dan perilakunya, digugu dan ditiru. Sosok yang dihormati dan dijadikan teladan. Maka tidaklah mengherankan bila guru kemudian dibebani tanggung jawab terhadap proses pendewasaan siswa, baik keceerdasan intelektual maupun pembentukan karakter mereka. Apalagi bagi para guru PAI, seakan menjadi satu kewajiban untuk mencetak anak-anak didik yang cerdas tidak hanya intelektualitasnya saja tetapi juga cerdas dalam kepribadiannya. Atau secara umum kebanyakan orang mengartikan bahwa seorang guru PAI berkewajiban membentuk siswa menjadi anak baik, anak yang berakhlak, dan berbudi pekerti. Hal ini tidaklah mudah, kita perlu strategi dan metode dalam pembelajaran agar siswa tidak hanya menerima pengetahuan secara sekilas saja, tetapi benar-benar bisa menghayati nilai-nilai pendidikan agama islam tersebut dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Tidak gampang membuat siswa betah di kelas. Tapi lagi-lagi itu adalah bagian dari tugas guru. Ada anak-anak yang mau mendengar, atau mampu mengikuti pelajaran dalam kondisi apapun. Tapi ada pula anak yang cuek, acuh, malas, mudah bosan dan lebih menyukai hal-hal yang berbau kratif. Maka, guru harus berani menerapkan trik-trik tersendiri dalam menghadapi anak didik yang karakternya berbeda-beda tersebut.
Sebagai langkah awal ketika memulai pembelajaran di kelas, kita bisa menggunakan beberapa alternatife pilihan “ice breaking”. Hal ini bertujuan untuk kembali memberikan penyegaran kepada peserta didik agar mereka kembali bersemangat karena sudah mulai lelah untuk berfikir dan belajar kembali setelah menyelesaikan pelajaran sebelumnya. “ice breaking” dilakukan untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, serius tapi santai, penciptaan suasana dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab), dan dari jenuh menjadi riang (segar). Metode ini bisa dilakukan dengan spontan. Sebagaimana yang biasa dilakukan oleh kebanyakan guru di sekolah dasar. Sebagai contoh, guru bisa meminta siswa menulis karangan. Misalnya, bercerita tentang pengalaman selama liburan atau kejadian menarik yang mereka alami hari itu. Metode ini agaknya efektif untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa. Selain itu juga, juga dapat meningkatkan daya kreatifitas siswa dalam mengungkapkan segala yang dialaminya. Dengan membiasakan anak didik menulis, guru berperan dalam memainkan imajinasi dan emosi mereka. Menulis berbeda dengan mencatat dengan memberikan topik yang paling sederhana seperti konsep liburan atau hobi siswa.
Selanjutnya, model presentasi bisa menjadi alternative menarik. Siswa mulai dibiasakan membaca materi pelajaran di rumah, kemudian membagi ilmunya kepada teman-teman lain di sekolah melalui presentasi singkat di depan kelas. Metode presentasi biasanya akan dilanjutkan dengan diskusi. Bila sekolah memiliki peralatan lengkap seperti over head projector (OHP) atau LCD Projector, siswa bisa dibebaskan presentasi dengan menggunakan gambar-gambar dan tidak terlalu banyak tulisan. Cara ini bermanfaat karena mampu meningkatkan kratifitas siswa. Bagi yang presentasi, mereka tidak harus menghafal materi, tetapi wajib memahaminya dan menceritakan ulang  dengan bahasanya sendiri. Lalu bagaimana peran guru? Disini, guru berfungsi sebagai moderator. Guru meluruskan jawaban dan penjelasan siswa apabila ada keterangan yang kurang tepat atau ketika diskusi mulai melenceng jauh dari materi yang dibahas.
Lalu bagaimana kalau siswa bosan? Sebagai seorang guru kita harus tahu kapan waktunya serius dan kapan waktunya bercanda. Dalam kelas, boleh saja bercanda, supaya anak-anak tidak mengantuk dan tidak bosan. Tapi sekedarnya saja, karena kita harus tetap fokus pada pelajaran.
Setelah seluruh materi dirasa sudah tersampaikan seluruhnya, kita melanjutkan pembelajaran pada tahap evaluasi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar telah menguasai materi yang telah disampaikan dan didiskusikan sebelumnya. Evaluasi bisa dilakukan dengan menggunakan berbagai metode evaluasi. Salah satu metode yang bisa diterapkan  untuk tahap evaluasi disini adalah metode Numbered Heads Together. Metode ini adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa dalam kelompok tersebut diberi nomor. Lalu secara acak guru memanggil nomor dari siswa tersebut. Adapun langkah-langkah metode ini adalah sebagi berikut :
1.      Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapatkan nomor.
2.      Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3.      Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.
4.      Guru memanggil salah satu nomor siswa, dan siswa yang mempunyai nomor tersebut harus melaporkan hasil kerjasama mereka.
5.      Guru dan teman-teman dari kelompok lain menanggapi jawaban dari siswa tersebut, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
6.      Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran mereka pada hari itu.

Metode Numbered Heads Together merupakan metode yang sangat mudah diterapkan dan memiliki beberapa kelebihan yaitu setiap siswa menjadi siap semua, siswa juga dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, serta siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Tetapi disamping kelebihan tersebut,metode ini juga memiliki beberapa kelemahan yaitu kemungkinan nomor yang sudah dipanggil, dipanggil lagi oleh guru, serta tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
     Tidak hanya sampai disitu saja, kelas yang membuat guru dan siswa kreatif tersebut, semestinya juga aman secara intelektual. Siswa bisa mandiri dan mengerti dimana letak alat tulis, karena semua hal di kelas sudah disiapkan dengan rapi dan terorganisir. Siswa juga tahu apa yang harus dikerjakan karena instruksi penugasan yang jelas oleh guru. Kita juga bisa membuat peraturan kelas yang isinya antara lain “Tidak boleh merendahkan atau meremehkan pendapat orang lain”. Jangan lupa, kita juga harus memberi contoh dahulu kepada siswa untuk mengucapkan terima kasih dan menghargai untuk setiap pertanyaan atau pendapat dari murid. Jika ini terjadi di kelas, dijamin kelas akan berubah menjadi kelas yang setiap individu di dalamnya saling mendukung dan mudah untuk berkolaborasi dalam berbagai pengetahuan.

Senin, 09 April 2012

Kakek, Nenek, dan Bunyi Hujan

Seorang anak kecil duduk di bahu kakeknya dengan menyanyikan sebuah lagu “kodok ngolek..kodok ngolek..ngolek ning pinggil kali..teot teblung..teot teblung,,teot teot tebluung..bocah nakal..bocah nakal jaluk dijamoni..bocah pintel..bocah pintel besok dadi doktel..”, itu adalah lagu kesukaannya.  Padahal sudah lama sekali ia berada di atas bahu laki-laki tua itu, tapi tetap saja ia tak mau untuk diturunkan. Dengan sabar laki-laki tua itu melayani permintaan cucunya tak perduli bahwa ia belum sekalipun istirahat setibanya dari membajak sawahnya sore tadi. Sedangkan si nenek menyuapi cucu kecilnya itu dengan pisang yang sangat lezat yaitu pisang unyil. Pisang unyil adalah pisang yang berukuran kecil kira-kira seukuran dengan jari jempol orang dewasa,berwarna kuning, dan sangat manis.
Tidak lama kemudian anak kecil itupun tertidur di pangkuan sang kakek. Kakek tua itu membaringkannya di tempat tidur mereka yang dikelilingi oleh kelambu usang berwarna cokelat dan mempunyai banyak sobekan kecil disana sini tapi masih cukup ampuh untuk melindungi tubuh kakek nenek itu dari gigitan nyamuk setiap malam. Anak kecil itu tidur dengan pulasnya sehingga menciptakan banyak pulau di bantal kapuk mereka yang tidak bersarung. Meskipun begitu nenek selalu mencuci bantal-bantal itu dengan sangat bersih, karena meskipun mereka miskin tetapi mereka adalah orang-orang yang sangat mencintai kebersihan. Rumah nenek dan kakek itu sangat kecil dan hampir tidak mempunyai satupun barang berharga di rumah kecuali tumpukan gabah hasil panen musim ini dan sebuah radio tua yang  setiap hari  menyiarkan tutur tinular, yaitu drama radio yang paling mereka sukai. Meskipun demikian Tidak ada satupun barang yang tidak berada pada tempatnya. Semuanya tertata rapi dan bersih. Bahkan rumah yang beralaskan tanah itu selalu disapu dengan sangat sering hingga seolah-olah rumah nenek kami memiliki alas dari marmer batu yang berwarna coklat.
Pukul satu dini hari, anak kecil itu terjaga dari tidurnya dan menangis sejadi-jadinya karena minta untuk pulang ke rumahnya dan tidur bersama ibunya, mau tidak mau pasangan kakek nenek itu harus mengantarkannya pulang ke rumahnya. Kalau tidak, suara tangisnya yang begitu keras akan segera membangunkan para tetangga bahkan beberapa diantaranya akan marah dan mencaci mereka. Dengan segera si kakek mengambil obor yang sudah ia siapkan malam tadi untuk berjaga-jaga jika cucunya menangis dan minta pulang, dan dugaannyapun memang benar. Seperti malam-malam sebelumnya ketika cucunya tersebut tertidur di rumah mereka. Ketika tengah malam ia pasti meminta untuk diantar pulang tidak perduli apa. Tapi tiba-tiba hujan turun dengan sangat deras, tidak mungkin ia membawa obor, karena pasti akan segera mati terkena air hujan. Dalam keadaan yang gelap gulita si kakek mengambil pisau dan bersegera keluar untuk mencari daun pisang agar bisa melindungi tubuh mereka dari air hujan. Ia tidak mau cucunya terus menangis, untuk itu walaupun sangat gelap dan hujan deras dia bertekad untuk tetap mengantarkan cucunya pulang tidak perduli apa. Pasangan kakek nenek itu  berjalan cepat-cepat . keciprak-kecipruk air terdengar seperti alunan gendang seolah memberikan semangat agar pasangan renta itu terus berjalan lebih cepat dan lebih cepat lagi hingga kaki keduanya penuh dengan lumpur dan tanah. Anak kecil yang berada di gendongan neneknya itu mulai menghentikan tangisnya seakan menikmati tubuhnya dalam dekapan seorang wanita tua yang begitu erat memeluknya. Ia seperti  diajak menari-nari dan bermain-main dibawah guyuran air hujan, anak kecil itu mulai tertawa. semakin cepat kakek nenek itu berjalan semakin terdengar bunyi keciprak kecipruk air hujan, dan semakin terbahaklah si anak kecil itu.
Hujan mulai reda, para tetangga telah terbangun dan mulai mengomel bukan karena suara tangisan sang cucu tapi Karena anak kecil itu tertawa terbahak-bahak dan sesekali menjerit kegirangan. Tapi kali ini kakek nenek itu mengabaikannya, dan tidak membujuk cucunya untuk diam seperti yang sering mereka lakukan pada saat cucunya itu menangis. Karena sebenarnya mereka sangat menyukai tawa bahagia cucunya daripada tangis kesedihannya. Sehingga mereka membiarkannya meskipun mereka tahu para tetangga akan sangat marah.

Sabtu, 21 Januari 2012

I Believe

Malam ini saya mendapatkan puisi yg sangat menarik...*makasi ukh,best regard for u :)

Saya share sebagai sebuah apresiasi dan dukungan semoga apa yang dituliskan ini menjadi bahan renungan bahwa sebuah kepercayaan memang suatu kata yang mengandung makna yang luar biasa. Bagaimana tidak? dengan kepercayaan yang diberikan, biasanya apapun yang dilakukan bisa dibenarkan.Jadi bagi yang sekarang diberikan kepercayaan baik dari keluarga, perusahaan, sahabat atau dari siapapun tentunya harus kita jaga dengan tanggung jawab, ketulusan serta keikhlasan. Setiap permasalahan tentu ada solusinya istilah yang ada mungkin seperti ini, sesuatu penyampaian yang pahit jika disampaikan dengan manis tentu akan mudah diterima sehingga yang terasa pahit bisa menjadi sedikit manis. :)

Terlalu Nyata…

Terngiang malam itu..
Malam di saat aku benar-benar mulai percaya kembali pada cinta..
Malam di saat aku mulai merasa hangatnya rasa sayang…
Di tambah salam saat ku menyambut sesuatu bernama pagi..
Atau cukup kata-kata semangat dari sosok matahariku…
Ah..
Sangat indah rangkaian kenangan-kenangan itu..
Bahkan terlalu indah untuk hati yang sangat rapuh ini..
Hati yang selama ini kupikir mati..
Hati yang terlalu banyak tersakiti hingga tak bisa merasa lagi..
Sampai rasa hangat itu mengalir..
Aku masih tak percaya bisa merasa lagi..
Tak percaya jantung bisa berdegup hanya dengan sedikir sinarmu..
Matahariku..
Senyumku..
Tapi..
Suatu malam..
Saatnya…
Aku menyadari Matahariku ternyata bukan milikku..
Dia milik dunia!
Dia milik bumi !
Diapun membantu si bulan bersinar…
Dia menyeimbangkan adanya aku,bulan dan dunia..
Hanya aku yang terlalu egois menginginkan matahariku..
Hanya aku yang tak bisa mendegar atau pura-pura tak mendengar..
Bisikan ? bisikan bulan dan bumi yang mulai jengah..
Entah karena hati yang terlalu bernyanyi..
Atau karena aku merusak keseimbangan itu..
Terlalu nyata..
Untuk hati yang rapuh ini..
Terlalu nyata..
Untuk hati yang mulai bisa merasa..
Terlalu nyata..
Untuk aku..
Pasti butuh waktu..
Harian..
Mingguan..
Bulanan..
Tahunan..
Entah,berapa lama utnuk menyesuaikan keseimbangan ini..
Tapi hanya satu yang kutahu,
Aku hanya punya satu matahari…
Aku mau matahariku bersinar..
Meski sinar itu bukan untukku..
Sinar itu milik bumi dan bulan…
Aku yakin ini kebahagiaan Matahari..
Melengkapi bulan..
Atau menyinari bumi..
Tentu aku bahagia saat matahari bahagia..
Tentu aku bahagia saat keseimbangan itu tercipta..
Meski aku harus kehilangan hati lagi..
Kehilangan rasa lagi..
Selamat jalan matahari..
Selamat jalan senyumku..
Berbahagialah..
Karena kau pantas bahagia.

02.00
In my room
Best love,

Selasa, 17 Januari 2012

ILMU ALAMIAH DASAR


Ciptaan Allah di alam semesta ini tiada yang sia-sia, semuanya diciptakan berdasarkan desain dan akurasi yang sempurna. Disebutkan dalam surat al-Furqon ayat 2, “Yang memiliki kerajaan langit dan bumi, tidak mempunyai anak, tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(-Nya), dan Dia menciptakan segala sesuatu, lalu menetapkan ukuran-ukurannya dengan tepat.”

Melalui alam semesta manusia memeroleh isyarat dan petunjuk dari benda-benda angkasa disebabkan adanya pergerakan dan peredaran dari benda langit ini. Bintang, matahari, rembulan dan seluruh planet dan satelitnya berputar disekitar alam dengan melalui jalur yang telah ditentukan Allah.

Panas yang diciptakan Allah pada matahari terukur dengan presisi yang amat tinggi. Panas ini berubah dari pagi dan siang hari serta bermanifestasi seiring dengan pergantian musim. Panas matahari juga bervariasi di antara waktu fajar dan tengah hari tanpa melalui batas ekstrim yang telah ditentukanNya.

Coba sesaat kita bayangkan, apa yang akan terjadi apabila panas matahari melampaui batas yang telah ditetapkan. Seluruh isi bumi ini akan hangus terbakar olehnya. Sebaliknya, apabila panas ini berkurang dari ketentuanNya, pasti akan membekulah bumi dan semua yang ada di dalamnya. Kalau itu yang terjadi, tentu kehidupan ini akan berakhir sama sekali!

Diantara keagungan hikmah yang terkandung adalah diciptakannya galaksi-galaksi yang menjaga kestabilan alam sampai pada batas waktu yang telah ditetapkan. Kestabilan ini berlangsung tanpa henti dan tanpa perubahan. Seandainya saja posisi satelit dan bintang-bintang berubah adakah kekuatan dan kemampuan yang  memperbaikinya kecuali Allah SWT?
Perubahan yang kita bayangkan itu seandainya benar-benar terjadi, maka pastilah akan timbul dampaknya pada bumi, sebab kestabilan bumi tempat manusia, hewan dan tumbuhan hidup tak dapat dipisahkan  dari kestabilan tata surya alam semesta. Yang pasti dan jelas, semua persoalan yang terjadi di alam semesta ini berjalan sesuai dengan kehendak dan iradah serta kekuasaan Allah, Zat Yang Maha Pengatur! AturanNya tidak mengalami penyusutan dan perubahan serta tidak melanggar ketentuan waktu yang telah digariskan.

Di dalam surat al-Anbiyaa’ ayat 33 Allah menegaskan bagaimana Dia telah menciptakan malam dan siang, matahari dan rembulan, yang masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya. Perhatikan pula bagaimana Allah memperjelas hal ini di dalam surat Yaa Siin ayat 39:
وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّى عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ
Allah menetapkan jarak-jarak tertentu bagi peredaran bulan, sehingga pada setiap jarak tersebut ia mengalami perubahan, baik dalam bentuk, ukuran dan kekuatan sinarnya. Mula-mula bulan timbul kecil dengan cahaya yang lemah. Kemudian ia berubah menjadi bulan sabit dengan wajah melengkung dan sinar yang lebih terang. Akhirnya bentuk rembulan pun menjadi semakin sempurna, bulat purnama dengan sinar kemilau menerangi alam semesta.

Kemudian, pada ayat berikutnya Allah menegaskan sunnatullah yang demikian akuratnya sehingga tidaklah mungkin terjadi geseran atau tabrakan antara matahari dan rembulan, atau datangnya malam mendahului siang. Semuanya berjalan menurut dan sejalan dengan apa yang Ia tetapkan. Benda-benda angkasa ini senantiasa bergerak menurut manzilahnya yang telah diatur Allah dengan ketepatan yang luar biasa!
Alangkah tiada berartinya kemampuan manusia jika dibandingkan dengan kemampuan Allah. Pengaturan lalu lintas di muka bumi diatur dengan segala bentuk peralatan dan peringkat canggih, rambu-rambu dan polisi terlatih, namun yang terjadi, kecelakaan lalu lintas tiada hentinya terjadi dengan korban besar baik jiwa atau pun harta benda.
Segala sesuatu yang terjadi di muka bumi, di ruang angkasa, di kedalaman tanah dan samudra akan selalu berada di bawah ilmu dan kekuasaan Allah. Tak satu pun dari peristiwa alam semesta yang luput dari pengawasanNya. Bukankah Dia tahu setiap helai daun yang terlepas dan jatuh ke tanah? Maha Sucilah Allah...

Jumat, 13 Januari 2012

Klasifikasi Media Pembelajaran Dalam Pendidikan

Media pembelajaran merupakan komponen instruksional yang meliputi pesan, orang, dan peralatan. Dengan masuknya berbagai pengaruh ke dalam dunia pendidikan (misalnya teori/konsep baru dan teknologi), media pendidikan (pembelajaran) terus mengalami perkembangan dan tampil dalam berbagai jenis dan format, dengan masing-masing ciri dan kemampuannya sendiri. Dari sinilah kemudian timbul usaha-usaha untuk melakukan klasifikasi atau pengelompokan media, yang mengarah kepada pembuatan taksonomi media pendidikan/pembelajaran.
Usaha-usaha ke arah taksonomi media tersebut telah dilakukan oleh beberapa ahli. Rudy Bretz, mengklasifikasikan media berdasarkan unsur pokoknya yaitu suara, visual (berupa gambar, garis, dan simbol), dan gerak. Di samping itu juga, Bretz membedakan antara media siar (telecommunication) dan media rekam(recording). Dengan demikian, media menurut taksonomi Bretz dikelompokkan menjadi 8 kategori:
1) media audio visual gerak,
2) media audio visual diam,
3) media audio semi gerak,
4) media visual gerak,
5) media visual diam,
6) media semi gerak,
7) media audio, dan
8) media cetak.
Pengelompokan menurut tingkat kerumitan perangkat media, khususnya media audio-visual, dilakukan oleh C.J Duncan, dengan menyusun suatu hirarki. Dari hirarki yang digambarkan oleh Duncan dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa semakin tinggi tingkat hirarki suatu media, semakin rendah satuan biayanya dan semakin khusus sifat penggunaannya. Namun demikian, kemudahan dan keluwesan penggunaannya semakin bertambah. Begitu juga sebaliknya, jika suatu media berada pada hirarki paling rendah. Schramm (dalam Sadiman, dkk., 1986) juga melakukan pengelompokan media berdasarkan tingkat kerumitan dan besarnya biaya. Dalam hal ini, menurut Schramm ada dua kelompok media yaitu big media (rumit dan mahal) dan little media (sederhana dan murah). Lebih jauh lagi ahli ini menyebutkan ada media massal, media kelompok, dan media individu, yang didasarkan atas daya liput media.
Beberapa ahli yang lain seperti Gagne, Briggs, Edling, dan Allen, membuat taksonomi media dengan pertimbangan yang lebih berfokus pada proses dan interaksi dalam belajar, ketimbang sifat medianya sendiri. Gagne misalnya, mengelompokkan media berdasarkan tingkatan hirarki belajar yang dikembangkannya. Menurutnya, ada 7 macam kelompok media seperti: benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara, dan mesin belajar. Briggs mengklasifikasikan media menjadi 13 jenis berdasarkan kesesuaian rangsangan yang ditimbulkan media dengan karakteristik siswa. Ketiga belas jenis media tersebut adalah: objek/benda nyata, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis, media transparansi, film bingkai, film (16 mm), film rangkai, televisi, dan gambar (grafis).
Sejalan dengan perkembangan teknologi, maka media pembelajaran pun mengalami perkembangan melalui pemanfaatan teknologi itu sendiri. Berdasarkan perkembangan teknologi tersebut, Arsyad (2002) mengklasifikasikan media atas empat kelompok:
1) media hasil teknologi cetak,
2) media hasil teknologi audio-visual,
3) media hasil teknologi berbasis komputer, dan
4) media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer.
Seels dan Glasgow (dalam Arsyad, 2002) membagi media ke dalam dua kelompok besar, yaitu: media tradisional dan media teknologi mutakhir. Pilihan media tradisional berupa media visual diam tak diproyeksikan dan yang diproyeksikan, audio, penyajian multimedia, visual dinamis yang diproyeksikan, media cetak, permainan, dan media realita. Sedangkan pilihan media teknologi mutakhir berupa media berbasis telekomunikasi (misal teleconference) dan media berbasis mikroprosesor (misal: permainan komputer dan hypermedia).
Dari beberapa pengelompokkan media yang dikemukakan di atas, tampaknya bahwa hingga saat ini belum terdapat suatu kesepakatan tentang klasifikasi (sistem taksonomi) media yang baku. Dengan kata lain, belum ada taksonomi media yang berlaku umum dan mencakup segala aspeknya, terutama untuk suatu sistem instruksional (pembelajaran). Atau memang tidak akan pernah ada suatu sistem klasifikasi atau pengelompokan yang sahih dan berlaku umum. Meskipun demikian, apapun dan bagaimanapun cara yang ditempuh dalam mengklasifikasikan media, semuanya itu memberikan informasi tentang spesifikasi media yang sangat perlu kita ketahui. Pengelompokan media yang sudah ada pada saat ini dapat memperjelas perbedaan tujuan penggunaan, fungsi dan kemampuannya, sehingga bisa dijadikan pedoman dalam memilih media yang sesuai untuk suatu pembelajaran tertentu.

Pembelajaran Melalui Online Learning atau E-Learning


Dewasa ini kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terus berkembang pesat dan canggih. Kontribusinya sudah dapat dirasakan oleh banyak kalangan mulai dari anak-anak kecil sampai orang tua bahkan para lansia dapat menggunakan alat-alat elektronik dari yang paling sederhana sampai yang paling mutakhir seperti handphone, laptop, I pod, dan sebagainya. Dunia pendidikan pun tidak boleh menyia-nyiakan hal tersebut. Para pendidik harus pandai-pandai memanfaatkan segala jenis produk teknologi dan ilmu pengetahuan tersebut dengan sebaik-baiknya dan digunakan sebagi media pembelajaran yang dapat merekontruksi pembelajaran kepada peserta didik.
 
Salah satunya adalah pembelajaran dengan menggunakan online learning atau biasa juga disebut electronic learning (e-learning). E-learning merupakan pembelajaran yang disajikan secara elektronik dengan menggunakan computer dan media berbasis computer.Sistem pembelajaran jarak jauh ini merupakan suatu metode instruksional antara pengajar dan pelajar untuk memberikan kesempatan belajar tanpa dibatasi oleh kendala waktu, ruang dan tempat serta keterbatasan sistem pendidikan tradisional. Pada sistem pembelajaran jarak jauh, pelajar tidak perlu datang kuliah, mendengarkan pengajar mengajar dan aktivitas pembelajaran konvensional lainnya. Siswa dapat belajar di rumah, mengerjakan soal-soal latihan. pembelajaran on-line adalah bagian dari pembelajaran berbasis teknologi yang memanfaatkan sumber daya Internet, intranet, dan extranet. Lebih khusus lagi Rosenberg (dalam Surjono, 2007) mendefinisikan e-learning sebagai pemanfaatan teknologi Internet untuk mendistribusikan materi pembelajaran, sehingga siswa dapat mengakses dari mana saja.
Dalam prakteknya e-learning memerlukan bantuan teknologi. Karena itu dikenal istilah: computer based learning (CBL) yaitu pembelajaran yang sepenuhnya menggunakan komputer, dan computer assisted learning (CAL) yaitu pembelajaran yang menggunakan alat bantu utama komputer. Di antara banyak fasilitas internet, ada lima aplikasi standar internet yang dapat digunakan untuk keperluan pendidikan, yaitu email, Mailing List (milis), News group, File Transfer Protocol (FTC), dan World Wide Web (WWW).


PEMILIHAN DAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN

Untuk memilih media yang akan digunakan dalam pembelajaran, perlu dipertimbangkan beberapa factor diantaranya :
  • Tujuan pembelajaran
  • Pembelajar
  • Ketersediaan
  • Ketepatgunaan
  • Biaya
  • Mutu teknis
  • Kemampuan SDM
Sedangkan untuk penggunaan media, secara umum ada 4 langkah yang perlu diperhatikan yaitu:
  1. Persiapan sebelum menggunakan media
  2. Pelaksanaan penggunaan media
  3. Evaluasi
  4. Tindak lanjut
Smaldino dkk (2005) mengemukakan model ASSURE dalam penggunaan media, yang merupakan akronim dari : Analyze Learner Characteristic (menganalisis karakteristik pembelajar), State Objective (menyatakan tujuan), select methods, media, and materials (memilih metode,media,dan materi), utilize media and materials (memanfaatkan media dan materi), require learner participation (meminta partisipasi siswa), evaluate (mengevaluasi).